Jodoh yang Baik Menurut Islam

Jodoh,rezeki dan kematian adalah 3 hal yg menjadi rahasia Allah Swt. Kapan kita mendapatkannya., sangat bergantung kepada kehendak n ketetapan-Nya. Di sini, manusia tidak memiliki kekuasaan untuk mengetahuinya secara pasti. Walaupun demikian, Allah Swt memberi kita kebebasan untuk berikhtiar mendapatkan hasil terbaik sesuai aturan yang telah digariskan-Nya. Terkait jodoh, siapa pun harus mengusahakan sebaik mungkin untuk memjemputnya. Sebab, jauh sebelum kita beranjak dewasa, Allah Swt telah menetapkan siapa jodoh kita. Masalahnya, mau atau tidak kita menjemputnya.? Di sinilah persoalannya. Sebagian saudara kita sering merasa kikuk ketika dihadapkan pada masalah jodoh. Keinginan yg menggebu untuk segera menikah serta usaha yg telah dilakukan, sering tidak membawa hasil yg diinginkan.
Ketahuilah Saudaraku, untuk sebagian orang, cepat nikah bukanlah sesuatu yg sulit untuk dilakukan. Namun, bagi sebagian yg lain, cepat nikah bagaikan impian yg sulit terealisasikan.. (betul tidak.?) Status sebagai bujangan atau perawan tetap saja melekat sebagai identitas diri. Adakah sesuatu yg menghalangi.? Boleh jadi banyak,. mulai dari mental blocking sampai cara mendekati calon yg kurang profesional. Hambatan semacam ini termasuk hal yang biasa dalam proses pranikah. Oleh karena itu, siapapun yg tengah merentas jalan menuju pelaminan, tidak perlu khawatir menghadapinya. Asalkan, kita memiliki "cara cerdas" untuk mengatasinya..

Jodoh tidak melulu masalah cinta. Meskipun cinta termasuk salah satu paket penting yang ada di dalamnya. Ketika sudah menemukan jodoh dan kita memutuskan diri untuk melanjutkannya pada jenjang yang lebih tinggi, akan ada konsekuensi lanjutan yg harus ditanggung. Keputusan-keputusan cerdas pun harus kita ambil agar hasil yg kita dapatkan bisa sesuai dengan yang diharapkan dan digariskan oleh agama. Ada tiga catatan penting (cerdas) yang ana kemukakan sedikit agar kita sama-sama memahami., terkait dengan jodoh dan pernikahan.

1. Jodoh Itu Taqdir Mukhayyar. Dalam hidup manusia berlaku dua macam takdir, yaitu taqdir musayyar dam taqdir mukhayyar. Pada satu sisi, manusia adalah makhluk musayyar sama seperti benda, tanaman, dan hewan. Artinya, manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak. Pada sisi lain, manusia adalah makhluk mukhayyar. Artinya, manusia memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak. Pasti dalam benak kawan-kawan bertanya,. lalu apa hubungannya dengan jodoh.? Begini., dalam konteks jodoh Allah Swt. memberikan kepastian bahwa setiap manusia sudah ada jodohnya. Akan tetapi Allah Swt. memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih sendiri pasangan yg dianggapnya paling baik dan paling cocok. Jadi, sangat benar kalau jodoh itu ada di tangan Allah, tetapi kita wajib mengupayakan jika ingin mendapatkan yang sesuai keinginan.

2. Yang Baik Berjodoh dengan yang Baik. Dalam surah An-Nur 24:26, Allah Swt. mengisyaratkan bahwa jika ingin mendapatkan jodoh yang baik, kita harus baik terlebih dahulu. Menurut Islam, ukuran baik tidaknya seorang manusia dilihat berdasarkan kadar ketakwaannya kepada Allah Swt. Setelah meningkatkan kualitas diri, berusahalah sungguh-sungguh untuk mendapatkan jodoh yg sama baiknya. Kita harus memahami bahwa keinginan mendapatkan jodoh yang baik bukan hanya kita, tetapi juga orang lain. Jika tidak bersungguh-sungguh, kita akan kalah bersaing dengan orang yang lebih serius. Walaupun boleh jadi, dilihat dari level kebaikan, kita sudah sebanding dengan calon yang kita pilih.

3. Jangan Tertipu Dengan Pacaran. Seorang teman pernah mengungkapkan kata-kata gugatan, 'Mengapa saudara saya yang pacaran, kok nikahnya lebih cepat?.' Teman ini merasa kecewa karena setelah sekian lama Allah Swt. belum juga menakdirkan dirinya untuk menikah. Padahal, sebelum itu, ia sudah berusaha untuk menjalankan ikhtiar sebaik mungkin, senantiasa menjaga diri, dan berusaha untuk tidak terjebak dalam pacaran. Namun, selama itu pula kisah perjodohannya selalu kandas di tengah jalan. Hal ini bertolak belakang dengan saudaranya yang 'biasa-biasa' saja kualitas agamanya dan cenderung bebas dalam bergaul sehingga ia terjebak dalam pacaran. Namun, apa yang terjadi.? Justru, saudaranya ini lebih mudah dapat jodoh dan lebih cepat nikah sehingga teman saya ini protes. Dari sini, kita dapat bertanya, manakah yang benar.? Ada kalanya yang terjadi memang demikian. Akan tetapi, hal ini jangan lantas dijadikan alasan untuk melegalkan hukum pacaran. Boleh jadi, dengan pacaran, proses perjodohan dan pernikahan kita menjadi lebih cepat, tetapi kualitas diri kita bisa jadi menjadi rendah di hadapan Allah.

Selain itu, pernikahan kita pun menjadi kurang berkah karena jalur yang kita tempuh tidak sesuai dengan jalan yang di kehendaki Allah Swt. Tentunya, kita memahami kalau pacaran bukan sebuah proses penjajakan. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pacaran adalah kencan berduaan di suatu tempat yg telah disepakati untuk memadu kasih. Pacaran pun mengharuskan adanya proses 'jadian'. Jadian itu mirip 'ijab kabul'. Hanya saja, saksinya berbeda. Jika ijab kabul dalam pernikahan saksinya adalah Allah, pak penghulu dan keluarga, sedangkan yg menjadi saksi dalam 'jadian' pacaran adalah syeitan dan teman-temannya. Biasanya, jadian ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi, hanya berduaan, dan di tempat sepi. (betul.. tidak.?) Sesungguhnya, sabar dalam berikhtiar menempuh jalan yang diridhai Allah, lewat proses ta'aruf, itu akan meningkatkan kualitas diri kita di hadapan Allah Swt. Insya Allah., jika akhirnya Allah Swt. menakdirkan kita berjodoh dan menikah, kualitas diri dan pernikahan kita akan jauh lebih tinggi daripada kualitas diri dan pernikahan orang yg mengawalinya dengan pacaran. Ridha dan keberkahan dari Allah Swt. pun akan melingkupi rumah tangga kita kelak. Mari kita sama-sama renungkan...

Oleh: Anggawa Artha

0 komentar:

Posting Komentar