Sejarah Singkat lahirnya Sekolah Kedokteran di Indonesia

Cikal bakal pendidikan kedokteran di Indonesia adalah “Sekolah Dokter Jawa” yang didirikan pada tahun 1851 di Jakarta dengan tiga belasmurid pada waktu itu. Maksudnya ialah untuk mendapat “mantri Pencacar” yang baik. Lama belajar dua sampai tiga tahun dan bahasa pengantarnya adalah bahasa Melayu. Kemudian pada tahun 1875 diadakan perombakan, ditambahkan suatu kursus persiapan dari dua sampai tiga tahun, dengan memberikan mata pelajaran umum. Pelajaran kejuruannya sendiri ditingkatkan menjadi lima tahun. Kemudian hanya diterima siswa-siswa yang lulus sekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda, sehingga bagian persiapan dikurangi menjadi dua tahun.

Antara tahun 1901-1902 diadakan perombakan dan peningkatan mutu. Ujian masuk diadakan dan bagian persiapan dikembalikan lagi menjadi tiga tahun, kejuruan kedokterannya menjadi enam tahun, jdi lama pelajaran seluruhnya menjadi sembilan tahun. Nama sekolah dirubah menjadi “School tot opleiding van Inlandsche artsen” (STOVIA). Menurut Undang-undang tahun 1904, lulusan STOVIA diperbolehkan menempuh ujian di Univesitas Belanda. Kalau lulus, ia diperbolehkan memakai “Europees arts” atau “arts” saja, bukan “Inlands arts”. Pada masa berikutnya lama peljaran diperpanjang lagi sepuluh tahun untuk meningkatkan mutunya.

Pada tahun 1912 di Surabaya didirikan NIAS atau Nederlandsch Indische Artsen School. Juga pada sekolah kedokteran ini lama studi sepuluh tahun dari SD. Belakangan bagian persiapan yang menggantikan pelajaran sekolah lanjutan tingkat pertama dihapuskan, dan untuk yang diterima hanya lulusan MULO (SLTP), NIAS didirikan untuk mencukupi kebutuhan tenaga dokter, bukan saja bagi dinas pemerintah, tetapi juga untuk memenuhi permintan dari sektor swasta. Berbeda dengan STOVIA, NIAS juga menereima siswa dari golongan non pribumi. Lulusannya bergelar “Indisch arts”, bukan lagi “Inlands arts”. Perguruan tinggi kedokteran yang merupakan pendidikan kedokteran didirikan pada tahun 1927. lulusannya juga disamakan mutunya dengan lulusan Universitas Belanda.

Oleh: Anggawa Artha

0 komentar:

Posting Komentar